Amin Rais:Dewan Harus Kritis

Sumbe : radarmadiun.co.id
PONOROGO-Gejala merosotnya kinerja para wakil rakyat tidak hanya terjadi di DPR RI.Tapi juga mulai menjalar ke daerah.Penilaian tersebut dilontarkan mantan Ketua MPR RI H Amin Rais di Ponorogo kemarin(15/5).
Amin menilai,kini banyak wakil rakyat di daerah hanya sebagai tukang stempel kebijakan eksekutif.Akibatnya, banyak kebijakan pemerintah daerah yang tidak prorakyat tapi tetap dilaksanakan.''Memang tidak semua anggota dewan seperti itu,tapi yang seperti itu sangat banyak,''kritiknya.
Padahal,nilai Amin,keberhasilan pembangunan pemerintah pusat maupun daerah tidak bisa dilepaskan dari peran dan fungsi anggota dewan.Dewan sebagai lembaga kontrol,lanjut dia,memiliki peran strategis dalam mengawal pembangunan.
Apakah sesuai prinsip kerakyatan,bisa memakmurkan rakyat atau justru sebaliknya.''Kalau dewannya mlempem,maka yang terjadi kebijakan apa pun tetap disetujui padahal itu bakal menyengsarakan rakyat,'' tuturnya.
Mantan Ketua PP Muhammadiyah dua periode itu lantas mencontohkan kasus Freeport di Irian Jaya yang merusak alam.Tambang emas terbesar di dunia itu,menurut dia, sangat merugikan rakyat Indonesia.Sebab,pemerintah hanya menerima manfaat 15 persen dari total produksi.
Itu pun,terangnya,pemerintah masih harus menanggung kerusakan alam yang ditimbulkan akibat penambangan itu.''Kasus itu bisa terjadi pula di daerah dalam skala kecil.Di mana pemerintah lebih mementingkan kepentingan pengusaha tanpa memikiran ribuan nasib rakyat dan lingkunganya,''ujarnya.
Hal tersebut disampaikan Amin Rais saat melakukan pertemuan dengan ratusan tukang becak di Rumah PAN, Kelurahan Kertosari,Ponorogo.''Semua anggota dewan harus kritis konstruktif.Jika tidak,nanti jangan dipilih lagi.Termasuk yang dari PAN,''tandasnya. (dhy/sat)
(mbak sri)

Hujan Angin,Pasutri Tertimbun Rumah

Suami Buta,Istrinya Renta
PONOROGO-Hujan deras disertai angin kencang yang melanda Dusun Krajan Kulon,Desa Wates Kecamatan Slahung,Senin(16/5),meratakan rumah Gamin,60,dengan tanah.Gamin dan istrinya,Toniyem 55,tertimbun reruntuhan bangunan berukuran 10x12 meter.Pasutri itu menderita luka di sejumlah bagian tubuhnya.''Saya mendengar suara brak keras sekali,''kata Sofiatun, tetangga korban.
Hingga kemarin(17/5),Gamin dan Toniyem masih shock hingga belum dapat dimintai keterangan.Menurut Sofiatun,hujan disertai angin melanda kampungnya sekitar pukul 17.00.Mendapati ada rumah ambruk,warga setempat bergegas memberi pertolongan.Puing bangunan segera disingkirkan bersamaan terdengar suara mengaduh.''Yang dicari pertama kali pemilik rumah, membongkar bangunan yang ambruk itu.Damin dan istrinya ditemukan di reruntuhan,''ungkap perempuan 60 tahun itu
Sofiatun sempat mengkhawatirkan keselamatan pasutri penghuni rumah tersebut.Sebab,Gamin selama ini menyandang tuna netra.Sedangkan Toniyem mulai renta. Saat ditemukan,Toniyem terkapar di depan pintu dapur dengan membawa beras.Ibu empat anak itu diduga hendak menanak nasi di saat suaminya berbaring di tempat tidur.Beruntung,tak jauh dari kamar tidur Gamin terdapat meja yang cukup tinggi sehinga kayu bangunan dan genteng luput mengenai tubuhnya.''Saat ditolong, wajah Gamin kelihatan di sela reng dan usuk.Genteng sudah melorot sehinga terlihat dari luar,''tambahnya
Guru ngaji itu menuturkan,Toniyem menderita luka di di lengan,belakang telinga,pundak,dan punggung.Sedangkan Gamin terluka di lengan dan punggungnya.Saimun,anak sulung Gamin,sengaja memboyong kedua orang tuanya, ''Setelah kejadian,keduanya langsung dibawa ke rumah anaknya,''ungkap Sofiatun sambil menunjuk sebuah rumah di atas bukit.
Kades Wates Nanta Budi Hariyanto mengatakan,pihaknya berinisiatif membawa korban ke rumah sakit.Namun, Toniyem menolak.Kades menyadari kondisi warganya yang masih trauma itu.Hingga kemarin,korban belum mendapat bantuan.''Sejauh ini belum mendapat bantuan,tapi jika mereka menginginkan untuk memperbaiki rumahnya,warga siap gotong-royong membantu,''ungkapnya.

Jika Anak Tak Kunjung Mahir Membaca

Maria tak habis pikir, mengapa putrinya Sandy tak juga mahir membaca, meski sudah duduk di bangku sekolah dasar. Apalagi sebelumnya Sandy sudah mengenyam pendidikan play group dan taman kanak-kanak (TK). Sandy tak hanya kesulitan membaca, ia juga susah membedakan pelbagai kata yang memiliki kesamaan huruf dan bunyi seperti “paku” dengan “palu”, atau keliru memahami bunyi yang hampir sama: “lima puluh” dan “lima belas”. Dan sering salah mengucapkan kata, misal dari “gajah” menjadi “gagah”, “pelajaran” menjadi “perjalanan”.

Setelah diselidiki, Sandy tidak mengalami keterbelakangan mental, ia juga tidak mengalami gangguan kesehataan di bagian mata maupun telinga. Ini berarti, perkembangan fisik dan kecerdasannya sama dengan anak normal lainnya. Lantas, apa yang menyebabkan Sandy kesulitan belajar membaca?

Sebetulnya Sandy menderita disleksia, yakni gangguan berbahasa pada anak. Berasal dari bahasa latin, dys yang berarti kesulitan, dan lexis yang berarti bahasa. Jadi anak penderita disleksia tidak hanya mengalami kesulitan membaca, tetapi juga mengeja, menulis. Dan pelbagai gangguan lain seperti daya ingat jangka pendek yang buruk, kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari-hari, dan sulit membedakan kanan dan kiri.

Pemicu disleksia adalah kelainan neurobiologis, yang ditandai dengan kesulitan dan mengenali kata dengan tepat, baik dalam pengejaan dan pengkodean simbol. Tapi, ada juga yang berpendapat bahwa disleksia adalah kondisi pemprosesan input atau informasi yang berbeda dari anak normal. Kesulitan membaca yang dialami penyandang disleksia, tidak ada hubungannya dengan tingkat intelegensi mereka. Bahkan dalam beberapa kasus, anak penyandang disleksia jauh lebih cerdas dari anak normal lainnya.

Di Amerika Serikat (AS), telah dikembangan suatu metode untuk membantu penyandang disleksia, yang dikembangkan oleh Dore Achievement Centers. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa anak disleksia memiliki kekurangan aktivitas pada otak di bagian kanan yang dinamakan serebelum, yang hanya mengandung 50 persen saraf otak. Dengan metode ini, anak distimuli di bagian otak tesebut, dengan sejumlah pembelajaran.

Anda sendiri juga bisa memberikan sejumlah pelatihan kepada anak yang menyandang disleksia, dengan cara menyisihkan waktu untuk mengajari dia membaca. Tapi, jangan paksakan pelatihan ini apabila anak sedang dalam kondisi tidak fit, sehinga rentan terhadap emosi negatif. Mulailah pelatihan dengan bertahap. Bersikaplah positif dan berikan apresiasi ketika anak bisa membaca dengan benar. Jangan hanya sekadar mengajarkan membaca pada anak, tapi juga bantulah dia untuk menghayati setiap pelafalan kata dari mulutnya.

Gunakan buku cerita untuk pelatihan ini, dan mulailah membaca terlebih dulu dengan suara keras untuk menarik minat anak. Padukan juga dengan kegiatan lain yang dapat merancang keterampilan berbahasa seperti menebak kata dan mengarang cerita. Bacakan cerita menjelang anak tidur di malam hari, untuk membantu pengendapan verbal di memorinya, dan buatlah aktivitas ini semenarik mungkin bagi anak.

Terapi Gangguan Matematika

Terapi yang paling efektif sekarang ini untuk gangguan matematika adalah pendidikan pengobatan. Terdapat kontroversi tentang perbandingan efektivitas berbagai terapi pendidikan pengobatan. Tetapi, konsensus sekarang ini adalah bahwa metoda dan material terapi digunakan hanya jika cocok untuk anak tertentu, gangguan, dan keparahan dan mudahnya rencana pengajaran. Project MATH, suatu program latiahan multimedia ”self-instructional” atau ”group-instructional,” telah berhasil untuk beberapa anak dengan gangguan matematika. Program komputer dapat menolong dan dapat meningkatkan kepatuhan terdapat usaha pengobatan. Koordinasi yang buruk dapat menyertai gangguan, sehingga aktivitas terapi fisik dan integrasi sensorik mungkin menolong.

Gangguan Membac


Gangguan memebaca ditandai oleh gangguan kemampuan untuk mengenali kata, membaca yang lambat dan tidak tepat, dan pemahaman yang buruk tanpa adanya kecerdasan yang rendah atau deficit sensorik yang bermakna. Gangguan masa anak-anak yang relatif sering pada usia sekolah tampaknya berjalan dalam keluarga dan sering disertai dengan ekspresi tulisan, gangguan matematika, atau salah satu gangguan komunikasi. Disamping itu , anak-anak dengan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas memiliki resiko tinggi untuk gangguan membaca. Selama bertahun-tahun, berbagai label telah digunakan untuk menggambarkan ketidak mampuan membaca, termasuk “disleksia,” “keterbelakangan membaca,” “ketidakmampuan belajar,” “aleksia,” dan “kebutaan kata perkembangan.” Istilah “disleksia” telah digunakan secara luas selama bertahun-tahun untuk menggambarkan sindroma ketidakmampuan membaca yang sering termasuk defisit bicara dan bahasa dan kebingungan kanan dan kiri (right-left confusion). Saat menjadi jelas bahwa gangguan membaca seringkali disertai oleh ketidakmampuan dalam keterampilan akademik lain, pemakaian istilah ”disleksia” dihilangkan, dan istilah umum, seperti ”gangguan belajar,” mulai digunakan.
Walaupun tatanama kategori di dalam mana gangguan membaca dimasukan telah dimodifikasi dari gangguan perkembangan spesifik dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) menjadi gangguan belajar (gangguan keterampilan akademik) dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV), definisi gangguan membaca adalah sama. Pada dasarnya, pencapaian membaca dibawah tingkat yang diharapkan untuk usia, pendidikan, dan kecerdasan anak, dan gangguan cukup bermakna mempengaruhi keberhasilan akademik atau aktivitas harian yang melibatkan membaca. Menurut DSM-IV, jika ditemukan suatu kondisi neurologis atau gangguan sensorik, derajat ketidakmampuan membaca yang ditunjukan adalah melebihi yang biasanya menyertai kondisi tersebut.
Definisi DSM-IV tentang gangguan membaca adalah berbeda dari definisi International Classification of Disease revisi ke-10 (ICD-10). Menurut ICD-10, anak-anak dengan gangguan membaca spesifik seringkali memiliki riwayat gangguan bicara, bahasa, dan mengeja.

PENYEBAB ADHD

Para ilmuwan tidak yakin apa penyebab ADHD, meskipun banyak studi menunjukkan bahwa gen memainkan peran besar. Seperti banyak penyakit lain, mungkin ADHD hasil dari kombinasi faktor. Selain genetika, para peneliti sedang melihat kemungkinan faktor-faktor lingkungan, dan sedang mempelajari bagaimana cedera otak, gizi, dan lingkungan sosial mungkin memberikan kontribusi untuk ADHD.
a.Gen
Warisan dari orangtua kita, gen adalah "cetak biru" untuk siapa kita. Hasil dari beberapa studi internasional menunjukkan bahwa ADHD kembar sering berjalan dalam keluarga. Para peneliti sedang melihat beberapa gen yang dapat membuat orang lebih mungkin mengembangkan gangguan ini. Mengetahui gen yang terlibat mungkin suatu hari membantu para peneliti mencegah gangguan sebelum gejalanya berkembang. Belajar tentang gen-gen spesifik juga bisa mengarah pada pengobatan yang lebih baik.
Anak-anak dengan ADHD yang membawa versi tertentu gen tertentu memiliki jaringan otak tipis di daerah-daerah di otak yang berkaitan dengan perhatian. Penelitian NIMH ini menunjukkan bahwa perbedaan itu tidak permanen, bagaimanapun, dan sebagai anak-anak dengan gen ini tumbuh dewasa, otak dikembangkan untuk tingkat normal ketebalan. Gejala ADHD mereka juga meningkat.
b. Faktor-faktor lingkungan.
Penelitian menunjukkan suatu potensi hubungan antara merokok dan konsumsi alkohol selama kehamilan dan ADHD pada anak-anak. Selain itu, anak-anak prasekolah yang terpapar timah tingkat tinggi, yang kadang-kadang dapat ditemukan di pipa perlengkapan atau cat di bangunan tua, mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi berkembang ADHD.
c. Cedera otak.
Anak-anak yang mengalami cedera otak dapat menunjukkan beberapa perilaku yang mirip dengan ADHD. Namun, hanya sebagian kecil anak-anak dengan ADHD telah mengalami cedera otak traumatis.
d. Gula.
Gagasan bahwa gula halus menyebabkan gejala ADHD atau membuat lebih buruk adalah populer, tapi lebih penelitian diskon teori ini daripada mendukungnya. Dalam sebuah studi, peneliti memberikan makanan yang mengandung baik anak-anak gula atau pengganti gula setiap hari. Anak-anak yang menerima gula tidak menunjukkan perilaku yang berbeda atau belajar kemampuan daripada mereka yang menerima pengganti gula. Studi lain di mana anak-anak diberi lebih tinggi daripada rata-rata jumlah gula atau pengganti gula menunjukkan hasil yang sama.
Dalam studi lain, anak-anak yang dianggap sensitif oleh gula-ibu mereka diberi pengganti gula aspartam, juga dikenal sebagai Nutrasweet. Walaupun semua anak mendapatkan aspartam, setengah ibu mereka diberitahu anak-anak mereka diberi gula, dan setengah lainnya diberitahu anak-anak mereka diberi aspartam. Para ibu yang mengira anak-anak mereka mendapat nilai gula mereka sebagai lebih hiperaktif daripada anak-anak lain dan lebih kritis terhadap perilaku mereka, dibandingkan dengan ibu-ibu yang mengira anak-anak mereka menerima aspartam.
e. Makanan aditif.
Penelitian Inggris terbaru menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara konsumsi makanan tertentu seperti buatan warna tambahan atau pengawet, dan peningkatan aktivitas. Riset adalah cara di bawah untuk mengkonfirmasi temuan dan untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana aditif makanan dapat mempengaruhi hiperaktivitas.

Siapakah anak-anak dengan kebutuhan khusus ...?

Siapakah anak-anak dengan kebutuhan khusus ...?

mereka adalah anak-anak yang mengalami gangguan dalam tumbuh kembangya seperti:
- Autisme dan spektrumnya

- Down syndrom

- Kesulitan belajar ( learning differencial )

- kesulitan bicara ( Speech delay )

- Cerebral palsy

- ADHD/ADD ( hiperaktif )

- dll

Jenis Pelayanan

- Okupasi terapi

Terapi yang bertujuan untuk membantu mengoptimalkan kemampuan motorik halus, kasar dan bina diri anak sehingga dapat menjadi mandiri dalam kesehariannya

- Terapi wicara

Terapi untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunkasi baik secara expresif maupun reseptif sehingga anak dapat bersosialisasi dengan baik

- Terapi Edukasi / pedagog

Terapi yang diberikan untuk anak yang mengalami kesulitan di bidang akademik disekolahnya

- Fisio terapi

Terapi untuk membantu anak yang mengalami gangguan fisik dengan mengunakan alat bantu untuk melatih otot-otot anak

- Konsultasi Psikologi

- Test IQ.EQ,Minat dan Bakat

- Konsultasi dan penentuan diagnosa

- Terapi Kelompok

Terapi secara clasikal ( bersama-sama ) dengan teman-temannya agar anak dapat bersosialisasi,berkomunikasi dan berinteraksi dengan temannya.

Hiperaktif Pada Anak

Apakah sebenarnya perilaku hiperaktif ? Bagaimana cara mengatasinya ?
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (semaunya sendiri). Anak yang hiperaktif cenderung untuk selalu bergerak, bahkan dalam situasi yang menuntut agar mereka bersikap tenang. Mereka tidak bisa berkonsentrasi dalam waktu beberapa menit saja. Sebentar-sebentar mereka bergerak untuk pindah dari permainan yang satu ke permainan yang lain. Hal ini disebabkan karena mereka merasa tidak puas dengan kegiatan yang dilakukannya.
Menurut Dr. Erik Taylor, perbedaan jenis kelamin dapat menentukan peluang seorang anak untuk berperilaku hiperaktif. Anak laki-laki mempunyi kemungkinan 3sampai 4 kali lebih besar untuk menjadi hiperaktif dibanding anak perempuan. Karena masalah yang biasanya menyertei hiperaktivitas (misal sifat agresif) pada anak perempuan tidak begitu berkembang.
Anak Anda Hiperaktif ?
Seringkali orang tua terlalu dini untuk menilai anaknya hiperaktif. Vonis ini dijatuhkan begitu melihat keaktifan anaknya yang melebihi anak lain. Padahal belum tentu demikian. Dr. Erik Taylor membagi perilaku aktif yang berlebihan menjadi 3, yaitu :
1. Overaktivitas, yaitu perilaku anak yang tidak mau diam yang disebabkan kelebihan energi. Hal ini menandakan bahwa anak tersebut sehat, cerdas dan penuh semangat. Tapi overaktifitas sesaat bisa terjadi pada anak yang keaktifannya normal.
2. Hiperaktivitas, yaitu pola perilaku overaktif yang cenderung ngawur (tidak pada tempatnya).
3. Sindrom hiperkinetik, yaitu semua bentuk hiperaktifitas parah, yang menyertai jenis kelambatan lain dalam perkembangan psikologi, misalnya sikap kikuk dan kesulitan bicara. Anak yang berperilaku sangat aktif pada usia 2-3 tahun belum bisa dikatagorikan hiperaktif, karena rentang aktivitas yang dianggap normal masih besar. Baru setelah anak berusia 3 tahun keatas, aktivitas tidak terarahnya akan menurun drastis. Sebab itu, telebih dahulu perhatikanlah dengan seksama, apakah overaktivitas anak hanya karena ia tidak mampu memusatkan perhatiannya terhadap sesuatu lebih dari beberapa menit saja, ataukah ia tidak mampu mengendalikan diri dalam situasi yang menuntutnya untuk bersikap tenang.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan perilaku hiperaktif ialah :
1. Kondisi saat hamil & persalinan. Misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki & ekskresi protein melalui urin), cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.
2. Cedera otak sesudah lahir,yang disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.
3. Tingkat keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak.Hal ini ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan dibawah pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut mempunyai efek samping.
4. Lemah pendengaran, yang disebabkan infeksi telinga sehingga anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali & perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak menunjukkan ciri berikut : perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak memperhatikan mimik lawan bicara & lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik & isyarat.
5. Faktor psikis, yang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas. Contoh kasus, orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri 15menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negativ dibanding kesalahan sebelumnya.
Hal utama dalam mengatasi hiperaktivitas anak adalah hubungan yang baik antara orang tua & anak. Berikut ini beberapa kaidah bagi orang tua dalam berinteraksi dengan anak :
1. Mengidentifikasi segi positif.
Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa mempunyai segi positif, sekalipun ia tergolong anak yang hiperaktif. Satu hal yang salah & sering terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif anak dengan saudara sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari bahwa setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara sekandung. Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat berikut : jelas & tidak abstrak, sesuai syar'i, diawali dengan peraturan mudah dalam waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika menerangkannya pada anak, sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan tidak terlalu banyak.
2. Memberi hadiah
Misalnya jika anak berhasil, yang bersifat : langsung diberikan, menyenang-kan hati anak tanpa keluar dari batas syar'i, konsisten yang berarti diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan, disampaikan dengan hangat & dibarengai dengan pujian.
3. Sekali waktu mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas,
misalnya di taman. Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak & psikoterapis. Bagaimanapun, anak adalah amanah Allah. Tugas orang tua adalah bagaimana memaksimalkan diri dalam membawa mereka menjadi hamba Allah yang shalih.

AUTIS PADA ANAK

Oleh:
Dr Widodo Judarwanto SpA
ABSTRAK
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autis akan semakin meningkat pesat. Jumlah penyandang autis semakin mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autis masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Autis adalah gangguan yang dipengaruhi oleh multifaktorial. Tetapi sejauh ini masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan faktor resikonya.Dalam keadaan seperti ini, strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Sehingga saat ini tujuan pencegahan mungkin hanya sebatas untuk mencegah agar gangguan yang terjadi tidak lebih berat lagi, bukan untuk menghindari kejadian autis.
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan sosial dan gangguan dalam perasaan sensoris.
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal meliputi kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan.Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain ("bahasa planet"). Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. nEkolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untukMANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan sosial dan gangguan dalam perasaan sensoris.
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal meliputi kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan.Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain ("bahasa planet"). Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. nEkolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untukkomunikasi dan imik datar
Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh. Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.
Gangguan dalam bermain diantaranya adalah bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih mbenda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.
Gangguan perilaku dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala

Apa Itu Okupasi Terapi

Terapi Okupasi
Adalah profesi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitasi medik, bertujuan membantu individu dengan kelainan dan atau gangguan fisik, mental maupun sosial, dengan penekanan pada aspek sensomotorik dan proses neurologis. Hal itu dicapai dengan cara memanipulasi, memfasilitasi, dan menginhibisi lingkungan, sehingga individu mampu mencapai peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya.
Dalam memberikan pelayanan kepada individu, terapi okupasi memperhatikan aset (kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, dengan memberikan manajemen aktifitas yang purposeful (bertujuan) dan meaningful (bermakna). Dengan demikian diharapkan anak dapat mencapai kemandirian dalam aktifitas produktifitas (sekolah/akademik), kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu luang (leisure) serta bermain sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Anak-anak yang memerlukan bantuan terapi seperti diuraikan di atas antara lain adalah :
v Anak dengan gangguan perilaku
v Autism Spectrum Disorder (ASD)
v Down Syndrome
v Attention Deficit /Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD)
v Asperger's Syndrome
v Kesulitan Belajar
v Keterlambatan wicara
v Gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP)
v Pervasive Developmental Disorder (PDD)
v dan keterlambatan perkembangan lainnya
Okupasi Terapi akan memberikan pelayanan individual yang meliputi :
{ Penilaian (Asessment)
{ Intervensi individual maupun kelompok
Agar anak mampu mencapai kemandirian dalam tugas kehidupan, seorang terapis okupasi akan mengamati dan mengkaji area-area dan komponen yang mencakup :
> Biomekanik
> Sensori motorik
> Perseptual Kognitif
> Keterampilan Interpersonal
Setiap Anak Adalah Unik
Kita dapat mengembangkan potensi anak secara maksimum jika mereka mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat. Dengan prinsip inilah maka para terapis di Pusat Terapi Pelangi Lazuardi akan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak, sehingga anak-anak dengan gangguan perkembangan dan kesulitan belajar dapat mandiri dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.